Naskah Drama Cindelaras


Adegan 1        : Kemesraan Raja Raden Putra dengan Permaisuri Dewi Limaran
Setting            : Di Paviliun  Kerajaan Jenggala
Suasana          : Mesra dan senang

Dahulu kala di sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Jenggala hiduplah seorang raja yang bernama Raden Putra. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada permaisuri.

Raja                  : Permaisuri, hari ini kau kelihatan sangat cantik.
Permaisuri         : Ah baginda bisa saja. Mungkin ini bawaan bayi yang sedang saya                                                     kandung.
Raja                  : Bagaimana keadaan bayi kita ? Sehatkah?
Permaisuri          : Alkhamdulillah yaaaaa,,,,sesuatu banget Baginda. Walaupun                                                          kadang-kadang aku  merasa mual, tapi aku dan bayi kita baik-baik                       saja kanda.
Raja                  : Syukurlah, jaga kandunganmu baik-baik saja ya sayang !
Permaisuri         : InsyaAllah kanda
Selir                  : Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Sudah tahu aku lebih                                              cantik, lebih  smart, lebih okey lah. Aku harus mencari akal untuk  menyingkirkan     permaisuri.(Pikirnya dengan raut wajah penuh kebencian)


Adegan 2        : Kejahatan Selir
Setting            : Kerajaan Jenggala
Suasana          : Menegangkan

Tidak lama, ia kemudian menemui tabib istana.

Selir                 : Engkau harus membantuku? (Dengan memaksa, selir meminta                                                    bantuan Tabib)
Tabib               : Apa yang bisa saya bantu Selir? (Sembari menundukkan wajah)
Selir                 : Aku mempunyai rencana untuk menyingkirkan permaisuri dari                                                    kerajaan  ini.(Dengan suara yang lirih dan bernada kebencian)
Tabib               : Apakah selir yakin ingin melakukannya? (Raut muka penuh tanya)
Selir                 : Iya, aku yakin. (Jawab selir dengan penuh keyakinan)
Tabib               : Lalu apa yang bisa saya lakukan? (Dengan raut muka penasaran)
Selir                 : Aku akan berpura-pura sakit parah kemudian aku akan                                                                  memanggilmu dan  engkau harus mengatakan bahwa ada seseorang                                              yang telah menaruh racun dalam minumanku yaitu permaisuri. 
                          (Sembari berbisik,Selir menyampaikan rencana jahatnya)
Tabib               : Baiklah, saya akan membantu Selir. (Tabib menundukkan kepala                                                   sebagai tanda sedia untuk membantu selir)

Tidak lama kemudian, Selir menjalankan rencana jahatnya.

Selir                 : Raja, badanku terasa tidak enak. Enggan rasanya tubuh ini untuk                                                 bangkit  dari tempat tidur. Aduh……
                         (Selir berbaring dan berpura- pura meringih   kesakitan)
Raja                 : Apa yang terjadi padamu Selir?  Muka kamu juga terlihat pucat                                                      sekali. (Dengan raut wajah penuh kasihan)
Selir                 : Aku tidak tahu, tapi rasanya sakit sekali. (Selir masih berbaring dan                                                berpura-pura meringih kesakitan)
Raja                 : Pengawal, panggil tabib istana! (Dengan suara lantang, Raja                                                         memerintah  pengawal)
Pengawal          : Baik raja. (Dengan menundukkan kepala).

Tidak lama, tabib istana datang dan memeriksa keadaan Selir.

Raja                 : Tabib, apa yang terjadi pada Selir? (Raut muka khawatir mengiringi                                             pertanyaan raja)
Tabib                : Ada seseorang yang telah meracuni minuman Selir. Orang itu tak                                                 lain adalah permaisuri Baginda sendiri, Dewi Limaran.
                          (Dengan wajah yakin untuk    mempengaruhi Raja)
Raja                 : Apa….? Tidak kusangka permaisuriku mempunyai perangai yang keji.                                          (Raja berteriak heran)

Adegan 3        : Raja mengusir Permaisuri
Setting            : Kerajaan Jenggala dan Hutan Belantara
Suasana          : Sedih dan memilukan

Tidak lama kemudian raja memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.

Raja                 : Patih, buang permaisuri jahat ini ke hutan! (Dengan raut wajah                                                      penuh kebencian)
Patih                : Baik Baginda. (Sembari menundukkan kepala)
Permaisuri       : Jangan baginda, hamba tidak tahu apa-apa. Hamba tidak pernah                                                 berusaha meracuni Selir. 
                         (Permaisuri diseret oleh patih, dan memohon kepada Raja  dengan suara memelas)
Raja                 : Dasar permaisuri tidak tahu diri, enyah kau dari kerajaanku.                                                         (Sembari  mengacungkan jarinya)
Permaisuri        : Tolong percaya pada hamba baginda. Ini semua fitnah. (Sambil                                                   menangis terisak-isak)
Raja                 : Cukup! Dasar penipu. Kau menggunakan air mata palsu untuk                                                        meluluhkan  hatiku. Hehh..... aku tak akan tertipu dengan  muslihatmu itu.
                         Pergi dari   sini dan jangan pernah kembali lagi.

Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda.

Patih                : Permaisuri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada                                                Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh.
Permaisuri        : Terima kasih Patih. (sembari tersedu-sedu)
Patih                : Sama-sama Yang Mulia. Oh ya jika Yang Mulia tak keberatan saya                                               punya sebuah gubuk tua di tengah hutan ini, 
                        Yang Mulia boleh  tinggal disana untuk  sementara.
Permaisuri        : Baik sekali hatimu Patih semoga Yang Maha Kuasa membalas semua                                           kebaikanmu.

Patih kemudian kembali ke istana dan menemui Raja.

Raja                 : Patih, apakah engkau telah melaksanakan apa yang aku                                                               perintahkan? (Kedua tangan di pinggang)
Patih                : Iya Baginda Raja, saya telah menjalankan tugas dari Baginda.                                                     (Berlutut dihadapan raja)
Raja                 : Bagus…bagus… Like This…. (Raut wajah puas dari raja)


Adegan 4           : Kelahiran Cindelaras (Pangeran Jenggala) dan Ayam Ajaib
Setting               : Hutan belantara
Suasana             : Bahagia

Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur.

Cinde Laras      : Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu                                       kepadaku. Aku harus pulang sekarang dan memberi tahu ibu tentang ini.          
                           Ibu  pasti  senang. (Dengan raut wajah bahagia)

Setelah 3 minggu, telur itu menetas tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan.

Ayam                : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba,                                        atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra… (Dengan suara yang nyaring             dan  indah)
Cinde Laras      : Apa…. Ayam ini berkokok aneh sekali. (Raut wajah heran dan                                       merasa takjub)
Cinde Laras      : Ibu, ayamku berkokok aneh sekali. Ia mengatakan bahwa aku                                                       adalah  putra dari Raden Putra. Apakah benar yang dikatakan ayamku?                                           (dengan wajah penuh tanya)
Permaisuri         : Benar anakku, kau adalah putra dari Raden Putra, Raja Kerajaan                                                 Jenggala. (Sembari memeluk Cindelaras)
Raja                  : Kalau begitu, ijinkanlah aku pergi ke istana untuk menemui ayah.                                                (Cindelaras memohon pada ibunya)
Permaisuri         : Baiklah anakku, ibu memberi ijin padamu. Hati-hati di jalan.

Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam.

Penyabung          : Ayamku, hari ini kau sudah kuberi nutrisi lengkap empat sehat lima                                               sempurna. Jadi kamu jangan malu-maluin aku ya. Kamu harus  menang melawan                              ayam lain ya.
Ayam                 : Kukuruyuk. Ok Tuanku…siap melaksanakan perintah.

Tiba-tiba datanglah Cindelaras dengan ayamnya.

Penyabung          : Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku.                                                           (Sembari melambaikan tangan memanggil Cindelaras)
Cinde Laras        : Baiklah. (berjalan menghampiri para penyabung ayam)
Rakyat 1 & 2      : Ayo…ayo…ayo….
Rakyat 1             : Bagaimana kalau kita taruhan?
Rakyat 2             : Ayo… siapa takut! Aku pilih ayam Cindelaras. Pasti dia yang                                                           menang. Lihatlah… ayamnya besar dan kelihatan tangguh.
Rakyat 1             : Oke… Aku pilih lawannya. Jangan remehkan yang kecil. Biar kecil,                             besar  tenaganya. Kecil-kecil cabe rawut. Eh maksud saya cabe                             rawit.

Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras.

Cinde Laras        : Hamba menghadap paduka. (Sembari berlutut memberi hormat)
Raja                    : Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat                                                jelata. (Pikir raja dengan perasaan penuh tanda tanya)
Raja                    : Aku dengar ayammu sangat tangguh, sekarang aku akan                                                                mengujinya  sendiri. (Kedua tangan ada di pinggang)
Cinde Laras        : Baiklah kalau baginda menghendaki seperti itu, tapi saya                                                               mengajukan satu syarat. Jika ayamku kalah maka aku bersedia                              kepalaku dipancung,  tetapi jika ayamku menang maka setengah                                                       kekayaan Baginda menjadi milikku. (Dengan suara penuh                                                                keyakinan)

Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani.

Penyabung 1&2   : Ayo…Ayo…Ayo….
Rakyat 2              : We…we…we pasti ayam Cindelaras sing menang.
Rakyat 1              : Oh tidak bisa…. Ayam Cindelaras sudah capek. Sudah melakukan                                                 perjalanan jauh men...
Penyabung           : Woohhh… what’s up….Santai Brow...Lihat ajalah siapa nanti yang                               menang jo padu dewe’.

Dan akhirnya secara singkat ayam cindelaras mengalahkan ayam dari Raja.


Adegan 5            : Kemenangan Cindelaras dan Kebenaran Terungkap.
Setting                : Tempat Penyabungan Ayam.
Suasana              : Bahagia dan mengharukan

Raja                     : Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi,                              siapakah kau sebenarnya, anak muda? (Perasaan kecewa dan                                                 penuh tanda tanya)
Cinde Laras         : Ayo ayamku berkokoklah! (membungkuk dan membisikkan                               sesuatu pada ayamnya)
Ayam                   : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba,                               atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…(Dengan suara yang                                                   nyaring)
Raja                     : Benarkah itu? (Kaget dan tidak percaya)
Cinde Laras         : Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah                                                          permaisuri  Baginda. (Dengan suara yang halus)

Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri.

Patih                    : Apa yang dikatakan anak ini benar Baginda Raja. (Berlutut dan                                                     menyampaikan apa yang diketahuinya)
Raja                     : Aku telah melakukan kesalahan. (Menundukkan kepala dan                                                           menyesali apa yang telah ia lakukan)
Raja                    : Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku. Aku                                                  akan  buang dia ke hutan. (Raut wajah masam dan geram)
Raja                    : Anakku…maafkan semua kesalahan ayahmu ini.(Sembari                                                               memeluk  Cindelaras)
Cinde Laras         : Iya ayah, tidak apa-apa. Yang lalu biarlah berlalu. (Sembari                                                            memeluk raja)

Akhirnya Raja Raden Putra, Permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali dan hidup bahagia bersama rakyat mereka untuk selamanya.


Selesai
















Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Lingkungan UNDIP 2016